Kamis, 18 Mei 2023 Reporter: Anita Karyati Editor: Andry 2250
(Foto: Anita Karyati)
Bisnis pembuatan ikan teri asin cukup menjanjikan bagi para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Pulau Lancang, Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan.
Selain sudah menjadi salah satu makanan kegemaran masyarakat Indonesia, usaha ikan teri asin juga memiliki pangsa pasar yang stabil, bahkan meningkat tiap tahun.
Juraedah, pengusaha ikan teri asin di Pulau Lancang mengaku sudah menekuni usaha ini selama 15 tahun bersama dengan suaminya. Dalam satu pekan, usahanya mampu meraup omzet Rp 10-30 juta.
"Bisnis ikan teri asin ini tidak pernah putus. Selalu saja ada permintaan dari darat dan pulau lainnya. Bahkan kami pernah dapat permintaan dari luar daerah Jakarta," katanya, Kamis (18/5).
Ia menerangkan, perolehan omzet yang sampai puluhan juta rupiah ini tidak menentu. Karena usaha kecil sepertinya bergantung pada pasokan bahan baku yang kerap tidak lancar jika ombak sedang tinggi.
"Saat cuaca sedang baik, saya bisa dapat pasokan dua ton per pekan dari nelayan. Di sini hasil tangkapan nelayan kita kumpulkan.
Nanti kita bayar sesuai hasil tangkapan mereka," terangnya.Juraedah menambahkan, ikan teri asin yang dijual ada dua jenis. Pertama jenis teri nasi seharga Rp 100-120 ribu per kilogram dan kedua teri muda Rp 70-90 ribu per kilogram. Harga ikan teri cukup mahal karena proses pengolahan tidak mudah dan harus melalui penggaraman, perebusan dan pengeringan.
"Misalnya dapat ikan tiga kwintal. Setelah direbus dan dikeringkan hanya dapat satu kwintal. Pengeringan kita sesuai sinar matahari. Kalau lagi mendung bisa dua hari," terangnya.
Selain di pasar, lanjut Juraedah, ikan teri miliknya juga dijual secara online, melalui platform tokopedia dan shopee. Melalui cara demikian, usaha yang telah dirintisnya dari puluhan tahun ini bisa semakin meluas dan besar.
"Saya juga terima kasih kepada pemerintah setempat yang sudah membantu kita terus berkembang," tandasnya.