Rabu, 23 November 2022 Reporter: Yudha Peta Ogara Editor: Erikyanri Maulana 1488
(Foto: Yudha Peta Ogara)
Wahana Muda Indonesia (WMI) bersama satuan tim Search And Rescue (SAR) kelembagaan wilayah (Kantor SAR DKI Jakarta dan SAR Jawa Barat) serta potensi SAR Nasional bergerak cepat melakukan penanganan bersama tanggap darurat bencana gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat. Tanggap darurat gempa Cianjur oleh tim SAR gabungan dilakukan mulai Selasa (22/11).
Kegiatan tersebut difokuskan untuk melakukan pencarian dan pertolongan bagi korban gempa Cianjur yang sampai saat ini masih belum ditemukan.
Komandan SAR WMI, Iman Kapten mengungkapkan, koordinasi secara intens terus dilakukan oleh tim SAR gabungan untuk merumuskan langkah taktis, baik metode hingga teknis pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan di lapangan. Iman menyebut, hingga jam 23.00 WIB, tim masih terus melakukan koordinasi.
“Kita masih terus melakukan koordinasi secara intens untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan tanggap darurat yang akan dilaksanakan mulai hari ini (22 November)," ujar Imam, Selasa (22/11).
Imam menambahkan, untuk langkah awal, area operasi pencarian dan pertolongan yang dilakukan tim SAR Gabungan akan difokuskan di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur yang merupakan titik episentrum gempa dengan 16 desa terdampak yang berada di dalamnya.
Sementara itu, komandan tim dari kantor SAR DKI Jakarta, Chandra menyampaikan, operasi tanggap bencana tim SAR gabungan diawali dengan apel pagi, sebagai pemantapan langkah sekaligus melakukan koordinasi bersama dari potensi SAR Jabodetabek, potensi SAR Semarang, Jawa Tengah, sambil menunggu koordinasi lanjutan dengan kantor SAR Bandung, Jawa Barat.
"Kita lakukan apel pagi ini. Bersama teman-teman dari WMI, SAR Semarang, sambil menunggu teman-teman dari SAR Bandung," tutur Chandra.
Meski begitu, Chandra menuturkan, pelaksanaan operasi SAR masih mempertimbangkan cuaca dan kondisi di medan operasi. Ini penting, demi keselamatan personel SAR ketika melakukan operasi tanggap darurat bencana.
Hal ini, sambung Chandra, sesuai prosedur di dunia SAR, bahwa masa tanggap darurat paling lama 7x24 jam untuk pencarian dan pertolongan.
Seperti diketahui, dalam rilis yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Senin (21/11) malam, tercatat 25 orang masih tertimbun puing bangunan maupun tanah akibat gempa bumi yang terjadi di Cianjur.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyampaikan, masih ada korban yang diperkirakan tertimbun reruntuhan bangunan di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang.
"Diperkirakan masih ada korban yang tertimbun reruntuhan bangunan di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang," kata Muhari.
Muhari juga menyebut, tiga lokasi terparah yang terdapat banyak korban meninggal dunia. Warga meninggal tersebar di Desa Rancagoong di Kecamatan Cilau, Desa Limbagansari di Kecamatan Cianjur, dan Kecamatan Cugenang.
Informasi yang disampaikan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB menyebut, hingga Senin, 21 November 2022 pukul 20.00 WIB, korban jiwa akibat gempa tercatat mencapai 162 orang. Sebanyak 326 orang lainnya mengalami luka-luka baik ringan maupun serius. Selain itu, dilaporkan sebanyak 13.784 orang warga mengungsi, yang tersebar di beberapa titik lokasi.
Untuk kerusakan infrastruktur, di Kabupaten Cianjur dilaporkan sebanyak 2.345 rumah rusak, 1 unit pondok pesantren rusak berat, 1 RSUD Cianjur rusak ringan, 8 unit gedung pemerintah rusak, 10 unit sarana pendidikan rusak, dan 3 unit sarana ibadah rusak.
Selain di Kabupaten Cianjur, kerusakan infrastruktur akibat gempa dilaporkan juga terjadi di Kabupaten Bogor sebanyak 46 rumah rusak, Kabupaten Sukabumi 443 rumah rusak, dan di Kota Sukabumi sebanyak 14 unit rumah rusak.
Tak hanya kerusakan infrastruktur, tambah Muhari, gempa yang terjadi juga menyebabkan terputusnya akses jalan menuju Kabupaten Cianjur akibat longsor.
“Gempa juga menyebabkan longsor yang menutup jalan lintas provinsi di Kabupaten Cianjur," tandas Muhari.