Jumat, 26 Agustus 2022 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Andry 1534
(Foto: Aldi Geri Lumban Tobing)
Dinas Kebudayaan (Disbud) DKI Jakarta melalui Unit Pengelola (UP) Museum Kebaharian Jakarta menggelar pameran kontemporer bertema ‘Manusia dan Bencana: Mitologi, Mitigasi, dan Masa Depan’ di Museum Bahari, Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.
Pameran yang digelar di Lantai 1, Gedung A Museum Bahari ini berlangsung selama dua bulan, tepatnya mulai 26 Agustus-26 Oktober 2022.
Adapun tema yang diangkat pada pameran ini bencana. Hal tersebut dikarenakan Indonesia rentan terjadi bencana mengingat secara geologi Indonesia berada pada ring of fire.
Pameran ini menghadirkan kisah-kisah tentang bencana-bencana maritim, cerita-cerita yang hingga kini masih tersimpan dalam memori masyarakat Indonesia serta mitigasi bencana dari leluhur di nusantara pada masanya melalui naskah-naskah.
Kepala Disbud DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, pameran tentang kebencanaan ini menjadi pengingat sekaligus momentum introspeksi diri akan bencana di Indonesia. Sehingga masyarakat dapat terus waspada akan bencana ke depan dan selalu ingat atas bencana yang telah lalu.
Pameran ini dinilai dapat menggugah kesadaran jika bencana bisa terjadi kapan dan di mana saja, baik yang sifatnya karena kuasa Ilahi atau akibat ulah manusia sendiri.
“Bagaimana kita selaku umat manusia, terlebih pengelola Kota Jakarta harus mampu mengelola bencana yang kita tidak tahu kapan terjadi. Untuk itu perlu adanya pemahaman yang dimulai sejak dini. Pameran ini membuka momen kesadaran itu,” ujar Iwan, Jumat (26/8).
Menurut Iwan, upaya adaptif terhadap bencana menjadi hal yang diturunkan dari zaman dahulu dari leluhur sebagai awal mitigasi bencana dengan ragam ilmu folklor yang berwujud puisi, syair, lagu hingga dongeng pengantar tidur. Hal tersebut mengingatkan akan betapa pentingnya menjaga lingkungan dan peringatan terhadap datangnya bencana.
Iwan menjelaskan, penyelenggaraan pameran ini memperkenalkan budaya leluhur dalam mengingatkan manusia menjaga lingkungan dan peringatan akan datangnya bencana.
“Pameran ini juga menyebarluaskan informasi dan memperkaya wawasan serta pengetahuan pengunjung melalui koleksi tangible dan intangible yang berkaitan dengan budaya leluhur dalam mencegah dan menghadapi bencana,” terangnya.
Ia menyampaikan, pengembangan teknologi yang dibuat melalui sistem deteksi dini bencana sebagai upaya mitigasi modern membuat masyarakat lebih mawas diri.
“Pameran ini selain erat kaitannya dengan ketahanan budaya, tapi juga tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 2030. Untuk mencapai itu semua, Indonesia harus memiliki suatu bentuk ketahanan sebagai Resilient Country, atau Resilient City, khususnya untuk Kota Jakarta,” urainya.
Kepala UP Museum Kebaharian Jakarta Disbub DKI Jakarta, Mis’ari menjelaskan, pameran ini menghadirkan instalasi berupa panil-panil yang berisikan informasi mengenai garis waktu (timeline) bencana maritim Indonesia, litografi lukisan Raden Saleh, kisah legenda Nyi Roro Kidul Laut Jawa, nama-nama tradisi sesajen atau sedekah laut di pesisir Nusantara.
Termasuk puisi-puisi tsunami dan beberapa instalasi yang menghadirkan koleksi keramik dari Kapal China Tek Sing serta instalasi lainnya mengenai mitigasi bencana maritim.
Mis’ari menjelaskan, pameran Manusia dan Bencana: Mitologi, Mitigasi, dan Masa Depan juga akan diisi dengan diskusi terbuka dan workshop kreasi. Selama ini peran Museum Bahari yang berkembang menjadi pusat kebudayaan juga menemukan cara baru menghargai koleksi, sejarah dan warisan serta menciptakan tradisi yang memiliki makna baru bagi generasi mendatang.
“Informasi-informasi yang disajikan melalui pameran ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat mengenai bencana-bencana maritim dan cara penanggulangannya," tandasnya.