Kamis, 25 Agustus 2022 Reporter: Anita Karyati Editor: Budhy Tristanto 28498
(Foto: Anita Karyati)
PT Food Station Tjipinang Jaya berkolaborasi dengan sejumlah kelompok kreatif dan seniman dari Jakarta, menghiasi dinding Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, dengan mural bertema 'Gemah Ripah Loh Jinawi', Kamis (25/8). Mural ini diinisiasi Komunitas Kolaborasi, Kolektif Jakarta Art Movement dan Papatong Artspace.
Gemah Ripah Lo Jinawi adalah sebuah ungkapan Bahasa Jawa yang lengkapnya berbunyi 'Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo' . Gemah Ripah Loh Jinawi bermakna kondisi masyarakat dan wilayah yang subur makmur. Sedangkan Toto Tentrem Kerto Raharjo menggambarkan keadaan suatu wilayah yang tertib, tentram, sejahtera, serta berkecukupan segala sesuatunya.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo mengatakan, karya-karya seniman dalam bentuk lukisan dinding ni sungguh tepat menggambarkan cita-cita Food Station menjadi pilar ketahanan pangan dan produsen pangan pilihan utama masyarakat.
“Mural-mural yang memvisualkan kondisi para petani, keluarga yang mengakses di seluruh Indonesia dan mengkonsumsi pangan yang layak, sesuai visi berbangsa kita,” ujar Pamrihadi.
Koordinator seniman mural sekaligus kurator seni, Bambang Asrini menyatakan, sebuah utopia perlu dijadikan sandaran bahwa seni harus membawa pesan tentang usia 77 tahun Indonesia tidak hanya jalan di tempat. Masyarakat Gemah Ripah Loh Jinawi wajib diwujudkan bersama dengan jalan kolaborasi.
Hal serupa dikatakan, Founder Papatong Artspace, Yeni Fatmawati. Menurutnya, seni wajib dikembalikan pada fitrahnya, yakni bermanfaat bagi khalayak dan seniman bekerja konkrit membawa pesan pada momen dan lokasi yang tepat.
“Seniman tidak sekadar membuat atmosfir sebuah lokasi menjadi indah, pleasing eyes. Namun, membawa pesan mendalam tentang makna kemerdekaan bagi bangsa. Bagaimana jika pangan tak terakses masyarakat, kedaulatan pangan hanya jargon-jargon di media sosial," ungkapnya.
Sementara, Ketua Komunitas Kolaborasi, Sonny Muhammad menyampaikan bahwa aktivitas merayakan kemerdekaan adalah menauladani kondisi kebatinan para pendiri bangsa. Manifestasinya dengan propaganda isu kedaulatan pangan seperti yang dilakukan seniman mural.
Seniman lainnya, Selo Riemulyadi menilai, sudah tepat apabila Pasar Induk Beras Cipinang sebagai “titik episentrum gempa kedaulatan pangan” . Jika terjadi krisis pangan, kondisi ketersediaan terjaga, terutama beras. Ini sudah sesuai dengan semangat tahun ini; Indonesia Pulih dan Bangkit.
Menurut Selo, tembok-tembok yang dimural di Pasar Induk Beras Cipinang itni tak hanya metafora atau lambang-lambang saja. Namun, bukti konkrit bagaimana masyarakat, seni dan konteksnya dengan beras berelasi dengan sangat erat.
"Dalam hal ini seniman, peduli tentang isu ketahanan pangan yang memiliki tiga mazhab utama: ketersediaan, aksesibilitas pun pola konsumsi yang semestinya beragam," ucap Selo.
Pengelola Pasar Induk Beras Cipinang, Herry Awal Fajar mengungkapkan, sebuah pasar selain membuat tersedianya kecukupan pangan dan akses yang terjangkau bagi masyarakat, bisa juga menjadi ruang terbuka untuk masyarakat menikmati hiburan secara bebas.
"Kompleks
Pasar Induk Beras Cipinang bisa menjadi semacam ruang terbuka masyarakat yang ramah, nyama n dan tempat bercengkerama keluarga. Bisa diakses oleh siapa saja, menghibur dan menjadi ruang kreatif, terutama millennial yang ingin mengunggahnya di media sosial” tandasnya.Sekadar informasi, pelukisan mural ini dibagi dua area utama, area luar tembok kompleks menceritakan tentang daerah Jakarta, sebagai wujud “mini Indonesia” dengan menggambarkan visualisasi ikon-ikon Jakarta dengan cara ilustratif.
Pada dinding area luar ini, penikmat seni dan masyarakat bisa menyaksikan lukisan mural Patung Selamat Datang dan Jakarta International Stadium (JIS) dengan merelasikan atmosfir wajah-wajah ceria keluarga dan sekelompok petani serta pedagang pasar. Semua gambar dilabur dengan warna utama hijau alami serta warna pastel yang teduh, tanpa mengurangi daya tarik mural yang berpendar terang.
Sedangkan pada area tembok dalam kompleks Pasar Induk Beras Cipinang, seniman-seniman beraksi di tembok Gudang Beras yang biasa disebut Rice Plant. Mereka menggambar petani raksasa separuh badan, padi-padi, sawah-sawah, serta sejumlah petani dengan figur-figur dekoratif yang mengingatkan akan pakaian adat lima daerah di Nusantara.