Rabu, 20 Juli 2022 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Andry 2149
(Foto: Mochamad Tresna Suheryanto)
Muhammad Saepulloh, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Windy Oktaviani mahasiswa jurusan Bidan STIK Budi Kemuliaan terpilih sebagai Duta Mahasiswa Anti-kekerasan DKI Jakarta Tahun 2022.
Keduanya berhasil menjadi pemenang setelah bersaing dengan nominator lain perwakilan dari sembilan perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Saepulloh mengaku tidak menyangka dan merasa bangga bisa terpilih menjadi
Duta Mahasiswa Anti-kekerasan DKI Jakarta yang pertama.
“Tidak menyangka karena dari semua peserta bagus-bagus dan Alhamdulillah saya terpilih. Karena ini batch pertama, maka suatu kehormatan dan kebanggaan bagi saya,” ujarnya, Rabu (20/7).
Sebagai seorang duta, Saepulloh berkomitmen akan melakukan aksi nyata dalam rangka menekan dan mengatasi kasus kekerasan yang terjadi, mulai dari pencegahan sampai pemulihan.
Penyebaran informasi melalui media sosial efektif dinilai efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu kekerasan. Masyarakat dianggap harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian, jenis, penyebab dan dampak kekerasan itu sendiri.
“Menurut saya media sosial merupakan platform yang tepat untuk meningkatkan
awareness . Karena media sosial itu ruang diskursus publik dan banyak yang menggunakannya," tutur Saepulloh.Sementara itu, Windy menyampaikan rasa bangga terpilih sebagai Duta Anti Kekerasan yang pertama kalinya dihelat di tingkat provinsi. Menurutnya, dirinya bersama Saepulloh bisa menjadi role model untuk ke depannya.
“Ini agar provinsi lainnya bisa mengikuti dan bersama-sama memiliki tanggung jawab untuk memutus rantai kekerasan,” ucapnya.
Windy menawarkan metode dokumentasi untuk memerangi kekerasan. Selain itu, materi-materi yang didapat selama masa pembekalan atau karantina akan disebarluaskan secara masif kepada masyarakat.
“Pastinya mengedukasi melalui media sosial agar lebih menjaring masyarakat, dan meningkatkan kepedulian terhadap isu kekerasan. Sehingga angka kasus bisa ditekan, bahkan dicegah,” ucapnya.
Ia menjelaskan, informasi tentang layanan Pos Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) perlu dioptimalkan agar korban kekerasan dapat melaporkan kejadian yang dialaminya. Hal ini agar bisa segera ditindaklanjuti dengan mendapat pendampingan hingga perlindungan hukum.
“Harus ada informasi tentang Pos Sapa dengan sosialisasi secara masif agar korban kekerasan bisa dengan mudah mengakses layanan,” terangnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta, Tuty Kusumawati menambahkan, pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang menjadi sasaran utama Kegiatan Strategis Daerah Nomor 13 (KSD 13) diselenggarakan dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan.
Salah satu rencana aksi dari KSD 13 tersebut melibatkan dunia pendidikan melakukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada civitas akademika serta masyarakat sekitar kampus dalam bentuk ‘Pemilihan Duta Mahasiswa Anti Kekerasan’.
Tuty menilai, anak muda harus mampu untuk terlibat langsung terutama dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Apalagi generasi milenial sangat paham segala bentuk teknologi yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi tentang pencegahan kekerasan yang benar," sambungnya.
Menurut Tuty, peran dan tugas perguruan tinggi melalui Duta Mahasiswa Anti Kekerasan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam membangun dan meningkatkan pemahaman tentang pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Hal ini juga akan berdampak pada pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa dalam praktek kehidupan sehari-hari dan profesi yang akan dijalani.
“Kami mengajak semua komponen, khususnya mahasiswa, generasi muda untuk menjadi generasi yang bisa memutus mata rantai kekerasan terhadap perempuan dan anak," tandasnya.
Perlu diketahui, rangkaian kegiatan pendukung yang dilakukan sebelum puncak acara antara lain pembekalan untuk Penguatan Kompetensi Duta Mahasiswa Anti Kekerasan DKI Jakarta kepada calon Duta Mahasiswa Anti Kekerasan DKI Jakarta dengan melibatkan Unit PPA Polda Metro Jaya, UPT P2TP2A, UNFPA Indonesia, Komnas Perempuan, ECPAT Indonesia serta Speak Up Now dan pada 5, 8, dan 11 Juli 2022.
Peserta juga diselingi dengan penugasan mandiri dalam bentuk pembuatan konten edukasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta studi lapangan ke Kepulauan Seribu.
Pemenang Duta Mahasiswa Anti Kekerasan DKI Jakarta (putra/putri) diberikan penghargaan berupa piala bergilir Gubernur DKI, selempang, sertifikat dan hadiah lainnya, serta akan dilibatkan pada kegiatan pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan anak pada skala Provinsi DKI Jakarta.