Kamis, 07 Juli 2022 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Andry 1514
(Foto: Istimewa)
Jakarta berkomitmen untuk tumbuh sebagai kota yang berkelanjutan. Hal ini dibuktikan dengan tata kota berorientasi transit, di mana kemudahan dan kenyamanan nyata dirasakan warga dalam berpindah antarmoda transportasi publik. Sebagaimana komitmen yang dipegang teguh, kawasan berorientasi transit makin dikembangkan dengan terobosan dan inovasi baru. Paradigma pembangunan yang digunakan pun berubah, dari berorientasi kendaraan pribadi atau Car Oriented Development (COD) menjadi berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD).
Hari ini, Kamis (7/7), Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menginisiasi pembangunan fasilitas interkoneksi bawah tanah pertama di jalur MRT sebagai upaya mewujudkan jaringan interkoneksi bawah tanah dan seamless urban mobility di kawasan berorientasi transit. Terowongan pejalan kaki yang menghubungkan antara Gedung Thamrin Nine UOB dan Stasiun Dukuh Atas BNI ini merupakan bukti nyata bahwa kerja kolaboratif, dalam hal ini fasilitas transportasi publik dan bangunan komersial di lahan privat, akan menghadirkan kemudahan bermobilitas.
“Ini hari yang bersejarah, ini sejarah baru di Jakarta dan Indonesia karena kita memulai sebuah proyek pembangunan jalan pedestrian di bawah tanah, di mana penumpang MRT nantinya akan melewati tunnel yang langsung menjangkau gedung-gedung di sekitar stasiun. Terowongan ini akan menjadi permulaan dari terwujudnya jaringan interkoneksi bawah tanah di rute MRT yang bukan hanya memudahkan pola pergerakan tapi juga mengaktivasi ruang bawah tanah sebagai ruang produktif baru di Jakarta” terang Gubernur Anies dalam Pembukaan TOD Forum 2022 dan Pencanangan Pembangunan Interkoneksi Bawah Tanah Thamrin Nine UOB-Stasiun MRT Dukuh Atas BNI seperti dikutip dari Siaran Pers PPID DKI Jakarta, Kamis (7/7).
Selain itu, pembangunan terowongan pejalan kaki ini juga merupakan gambaran masa depan terkait peningkatan integrasi transportasi publik yang selama ini dikerjakan oleh Pemprov DKI, di mana pada level 1 integrasi menghubungkan antarmoda seperti stasiun MRT dihubungkan dengan halte TransJakarta, stasiun KRL Commuter Line, dan angkutan umum lainnya. Sedangkan, pada level 2 integrasinya menghubungkan stasiun dengan tempat kerja.
“Kita ingin perpindahan dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum adalah perpindahan yang rasional, secara hitungan waktu dan biaya lebih murah. Dengan begitu, perhitungan waktu, biaya dan kenyamanan akan didapat semua. Bayangkan gedung yang tingginya 40 lantai punya akses ke stasiun, maka akan ada ribuan orang yang bekerja di gedung tersebut berpindah naik transportasi umum. Semoga pembangunan ini bisa selesai tepat waktu, tepat biaya dan berkualitas,” tandasnya.
Inisiasi pembangunan interkoneksi bawah tanah ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama tentang Pembangunan Bangunan dan Fasilitas Interkoneksi Thamrin Nine UOB–Stasiun Dukuh Atas BNI antara Direktur Pengembangan Bisnis dan Usaha PT MRT Jakarta (Perseroda), Farchad Mahfud dan Direktur Utama PT Wisma Kartika, Alvin Gozali, dan disaksikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda), William Sabandar.
Akses pejalan kaki ini sepanjang 80 meter dengan lebar lima meter yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, seperti retail, storage room, eskalator, dan elevator. Terowongan ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan kawasan berorientasi transit yang universal, termasuk ramah terhadap penyandang disabilitas.
Pembangunan interkoneksi, seperti terowongan pejalan kaki penghubung Gedung Thamrin Nine UOB–Stasiun Dukuh Atas BNI ini, berpotensi meningkatkan angka keterangkutan (ridership) MRT Jakarta serta meningkatkan jumlah kunjungan ke pusat perkantoran/perbelanjaan yang terhubung, dan mengaktivasi ruang bawah tanah sebagai ruang baru yang produktif. Seperti pengalaman akses layang di Blok M Plaza yang meningkatkan kunjungan hingga 150% (megapolitan.kompas.com, 2019).
Terowongan ini melengkapi interkoneksi layang Stasiun Blok M BCA dan Blok M Plaza yang telah terbangun dan interkoneksi layang Stasiun Lebak Bulus Grab-Pondok Indah Square yang sedang dalam tahap konstruksi. Selain itu, terhadap 5 interkoneksi bawah tanah dan layang yang saat ini sedang dalam tahap persiapan. Seluruh stasiun MRT sudah dirancang untuk dapat terkoneksi dengan bangunan sekitar. Untuk itu, PT MRT Jakarta (Perseroda) mengundang para pemilik bangunan untuk berkolaborasi dalam mewujudkan jaringan interkoneksi di sepanjang jalur MRT.
Jakarta Pionir Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia-Jakarta, Doti Windajani, mengatakan, Jakarta layak disebut sebagai pelopor kawasan berorientasi transit karena kebutuhan Jakarta dalam mengantisipasi kemacetan melalui perbaikan infrastruktur transportasi, adaptasi perubahan iklim melalui penerapan low emission zone, dan pengaturan dan perbaikan tata ruang dan tata bangunan melalui urban regeneration dengan integrasi hunian, tempat kerja dan ruang sosial.
“Integrasi yang sudah baik bisa ditingkatkan, terutama detail area menuju ke Gedung UOB. Perlu perhatian terkait kebutuhan penyandang disabilitas. Hadirnya terowongan juga merupakan hal yang baik, semoga nantinya lebih seamless ke arah Jalan Blora. Kemudian, perlu juga perhatian untuk penataan UMKM di kawasan tersebut,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna. Ia menyebut, interkoneksi bawah tanah pada jalur MRT merupakan ide yang sangat menarik, karena gagasan integrasi dengan pusat perbelanjaan atau perkantoran akan memberikan nilai tambah pada pemanfaatan fungsi bangunan dan ridership jumlah penumpang MRT Jakarta.
“Pengalaman ini sudah dijalankan dengan mal Blok M, berupa integrasi Stasiun Blok M BCA dengan pusat perbelanjaan. Nilai tambah yang didapat adalah jumlah pengunjung meningkat, tenant mendapatkan keuntungan karena pendapatan usaha meningkat, serta suasana mal menjadi sangat ramai,” ujarnya.
Yayat menambahkan, terobosan integrasi antarfungsi bangunan di sekitar stasiun merupakan solusi cerdas yang semakin meningkatkan dua fungsi layanan, yaitu transportasi dan jasa perdagangan/properti/retail.
“Ini ialah cara terbaik untuk menghidupkan kawasan berorientasi transit sebagai pusat ekonomi baru di Jakarta,” imbuhnya.
Di samping itu, Ketua Ikatan Ahli Perencanaan, Dhani Muttaqin menyatakan bahwa keberadaan pedestrian tunnel merupakan salah satu upaya mewujudkan kawasan berorientasi transit Dukuh Atas menjadi lebih nyaman bagi pejalan kaki dan pengguna angkutan umum. “Kami menyambut baik inisiatif pembangunan tunnel ini sebagai fasilitas interkoneksi MRT Jakarta dengan kawasan sekitarnya. Tentunya, hal ini perlu ditopang dengan berbagai fasilitas lainnya, seperti trotoar yang berkualitas, ruang terbuka hijau yang memadai, fasilitas parkir, dan hunian bagi berbagai kelas warga kota,” tuturnya.
Direktur Jakarta Property Institute, Wendi Haryanto, menambahkan bahwa penting bagi DKI Jakarta sebagai pelopor TOD untuk menerapkan praktik terbaik pengelolaan TOD karena statusnya sebagai ibu kota dan kota metropolitan akan membuat Jakarta menjadi sumber belajar bagi kota lain.
“Pemangku kepentingan interkoneksi gedung di sekitar kawasan TOD dengan stasiun MRT Jakarta perlu punya pemikiran yang sama untuk membawa kebaikan bagi kota. Skema bisnis pengembangan interkoneksi merupakan huungan simbiosis mutualisme bagi semua pemangku kepentingan dan perlu bersifat atraktif bagi pemerintah dan sektor swasta,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa interkoneksi jelas akan membangkitkan perekonomian sejak tahap perencanaan hingga operasionalnya.
“Interkoneksi dengan gedung-gedung berkonsep campuran (mixed-use buildings) di area TOD juga akan mengurangi kemacetan yang menjadi penyebab kerugian ekonomi, “tambahnya.
Seperti diketahui, pengembangan kawasan berorientasi transit Dukuh Atas telah dimulai sejak 2018 lalu oleh Gubernur Anies. Sejak saat itu, kawasan Dukuh Atas telah menjelma menjadi area pengembangan berorientasi transit pertama yang memberikan harapan atas wajah Jakarta di masa depan yang memprioritaskan pejalan kaki dan pesepeda. Kemudian, Terowongan Kendal dialihfungsikan menjadi area pejalan kaki dan ruang aktivitas seni dan budaya masyarakat Jakarta yang turut menghadirkan kemudahan berpindah moda transportasi.
Buka Potensi Kerja Sama Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit
Sejalan dengan semangat memperbaiki wajah Jakarta, PT MRT Jakarta (Perseroda) juga menggelar TOD Forum yang dibuka langsung oleh Gubernur Anies. TOD Forum yang merupakan acara puncak dari TOD Fair--yang telah berlangsung sejak 10 Juni lalu melalui serangkaian acara seperti kompetisi foto dan reels Instagram, serta lomba sketsa kawasan berorientasi transit-- dilakukan pada Kamis—Jumat, 7—8 Juli di Assembly Hall Menara Mandiri, Jakarta Selatan.
Dalam TOD Forum ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) menggelar forum diskusi yang menghadirkan pembicara ahli di bidang pengembangan kawasan berorientasi transit. Melalui penyelenggaraan TOD Forum ini, diharapkan akan menjadi ajang untuk membuka kesempatan, mempertemukan, dan menjalin potensi kerja sama bisnis antara PT MRT Jakarta (Perseroda) dengan calon mitra pengembang, investor, serta institusi terkait.
“Selain kerja kolaboratif bersama pihak Thamrin Nine Complex membangun interkoneksi terowongan pejalan kaki ini, hari ini juga kami menandatangani nota kesepahaman dengan Samsung C&T Corporation terkait investasi TOD, skema pembiayaan pengembangan sistem perkeretaapian perkotaan dan peremajaan perkotaan dengan Standard Chartered Bank, dan partisipasi perusahan Jepang dalam penyelenggaraan TOD di Jakarta dengan Oriental Cons ultants Global,” ungkap Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar.
“Sejauh ini, sejumlah gedung di sekitar stasiun MRT Jakarta sangat berpotensi untuk terkoneksi secara langsung, seperti Wisma Nusantara dan Hotel Pullman dengan Stasiun Bundaran HI, Sudirman 7.8 dengan Stasiun Setiabudi Astra, Wisma Intiland dengan Stasiun Bendungan Hilir, Menara Mandiri dengan Stasiun Istora Mandiri, dan yang sedang dibangun dan akan diresmikan bulan depan, yaitu Poins Square dan Stasiun Lebak Bulus,” jelasnya.
“Jaringan interkoneksi ini akan berdampak dua hal, yaitu kenaikan angka keterangkutan MRT Jakarta dan keberlanjutan pelaku ekonomi di sekitar stasiun MRT Jakarta, terutama peluang bertumbuh,” pungkasnya.