Selasa, 03 Agustus 2021 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Toni Riyanto 2119
(Foto: Mochamad Tresna Suheryanto)
Dua tahun sudah Balkot Farm tidak hanya menghijaukan kawasan Balai Kota DKI Jakarta, tapi juga menjadi inspirasi dan contoh bagi perkantoran lain untuk mengembangkan pertanian perkotaan (urban farming) meski di tengah keterbatasan lahan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati mengatakan, Balkot Farm menjadi miniatur pertanian perkotaan yang memberikan manfaat tidak hanya untuk penghijauan tapi juga menjaga ketahanan pangan.
"Alhamdulillah, Balkot Farm kolaborasi dengan Din
as Kominfotik, Biro Umum dan Bank DKI sudah berumur dua tahun. Konsep Balkot Farm saat ini sudah diadopsi di banyak kantor, termasuk di kantor wali kota," ujarnya, Selasa (3/8).Eli menjelaskan, jenis tanaman di Balkot Farm mulai bervariasi seperti tanaman hidroponik, tanaman buah dan tanaman obat keluarga atau Bioformaka. Ada sebanyak 40 nama tanaman yang ditanam di Balkot Farm sampai saat ini.
"Jumlah variasi tanaman bertambah terus. Kalau dulu tidak ada tanaman Toga, sekarang ada. Selain itu, juga sudah dilengkapi sarana rumah benih dan rumah semai. Kalau panen sudah sering karena sebagian besar tanaman umur pendek seperti bayam," bebernya.
Menurutnya, komunitas penggiat urban farming dari berbagai wilayah di Jakarta ikut terlibat mengelola dan merawat Balkot Farm. Total sampai saat ini ada sebanyak 30 pegiat urban farming yang merawat Balkot Farm. Jumlahnya naik sekitar lima sampai 10 persen sejak awal dibuatnya Balkot Farm.
Balkot Farm ini membuat pegiat urban farming bisa menjadi wadah silaturahmi sekaligus berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang pertanian perkotaan, termasuk cara merawat tanaman. Para pegiat urban farming di Balkot Farm kerap berbagi peran dan tugas masing-masing ada yang menyiapkan benih, sarana prasarana, serta membantu pemasaran.
“Seiring berjalannya waktu mereka mengelola secara mandiri. Mereka kerap kita berdayakan juga menjadi narasumber dan mereka juga percaya diri untuk mengadakan pelatihan kepada orang yang ingin melakukan urban farming termasuk kepada Aparatur Sipil Negara (ASN)," bebernya.
Ia menambahkan, Balkot Farm dan pegiat urban farming yang ikut serta di dalamnya menjadi langkah positif untuk mengedukasi komunitas maupun masyarakat umum dalam menyediakan ruang untuk menanam sayuran serta membuat tanaman perkotaan di atap atau bisa membuat taman sendiri.
"Contohnya, begitu mereka posting dan publikasi akhirnya mereka membantu tidak untuk Balkot Farm saja tapi perkantoran atau lahan-lahan yang bisa dikembangkan untuk pertanian. Seperti sekarang ini, tidak hanya warga Jakarta, ada banyak orang di luar Jakarta yang ingin belajar tentang penerapan pertanian perkotaan di Jakarta," ungkapnya.
Ia berharap, Balkot Farm terus berkembang dan memiliki terobosan ke depannya. Meski di tengah pandemi, semangat para pegiat urban farming mengelola dan mengembangkan Balkot Farm bisa tetap terjaga.
"Semoga pandemi ini selesai supaya konsep kita setiap minggu ada bazar di sana bisa kembali berjalan. Pasalnya, bazar sayuran dan produk olahan di Balkot Farm diminati. Di dalam bazar itu kita juga memberikan pelatihan singkat bahwa sayur itu tidak harus dikonsumsi dalam kondisi matang tapi boleh untuk jenis tanaman tertentu bisa dikonsumsi dalam bentuk fresh, seperti dijadikan salad," tandasnya.
Untuk diketahui, Balkot Farm diresmikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Saefullah pada 2 Agustus 2019.
Ketika itu, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik DKI Jakarta, Atika Nur Rahmania menuturkan, Balkot Farm diberi sentuhan IT dengan menggunakan sensor Internet of Things (IoT). Salah satu alasannya adalah untuk menggerakkan urban farming agar semakin menarik minat generasi milenial.
"Pada dasarnya kita sangat dekat dengan teknologi. Penggunaan mobile phone bisa sangat membantu dalam pengelolaan tanaman," tandasnya.