Jumat, 28 Mei 2021 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Toni Riyanto 1142
(Foto: Aldi Geri Lumban Tobing)
Pertumbuhan kredit Bank DKI pada triwulan I 2021 mencapai 33,66 triliun. Pencapaian ini meningkat 3,96 persen Year on Year (YoY) dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 32,37 triliun. Pertumbuhan ini menjadi indikator meningkatnya permintaan kredit sebagai tanda mulai pulihnya perekonomian dari pandemi COVID-19.
Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Herry Djufraini mengatakan, meski mencatatkan pertumbuhan, Bank DKI tetap menerapkan berbagai inisiatif dan pengelolaan risiko yang efektif untuk menjaga kenaikan risiko kredit bermasalah.
"Penyaluran kredit dan pembiayaan juga dilakukan dengan sangat selektif dan memperhatikan prinsip kehati-hatian," ujarnya, Jumat (28/5).
Herry menjelaskan, untuk rasio non-performing loan (NPL) gross Bank DKI masih terkendali di level 3,19 persen pada kuartal I 2021 atau sedikit meningkat sebesar 0,10 persen dibandingkan dengan kuartal I 2020 sebesar 3,09 persen.
Peningkatan rasio NPL Bank DKI tersebut masih berada di bawah peningkatan rasio NPL industri perbankan yang tercatat sebesar 0,40 persen dari semula sebesar 2,77 persen di kuartal I 2020 menjadi sebesar 3,17 persen di kuartal I 2021.
Sedangkan, NPL Net Bank DKI pada kuartal I 2021 tercatat sebesar 0,62 persen dan berada di bawah rasio NPL Ne
t industri perbankan nasional sebesar 1,02 persen."Ini menunjukkan Bank DKI telah mengantisipasi potensi risiko dengan melakukan pencadangan meskipun terdapat program restrukturisasi," terangnya.
Menurutnya, risiko kredit menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan di tengah kondisi Pandemi COVID-19. Untuk itu, adanya perpanjangan ketentuan relaksasi hingga tahun 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) patut diapresiasi.
"Kebijakan ini memberikan keleluasaan bagi industri perbankan dalam mengelola risiko kredit dengan lebih baik," ungkapnya.
Herry menuturkan, Bank DKI telah melakukan sejumlah upaya perbaikan rasio kredit bermasalah melalui penagihan kredit secara intensif, pengambilalihan agunan, lelang agunan kredit, restrukturisasi kredit melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan hapus buku.
"Selain pertumbuhan kredit, indikator kinerja keuangan lain tetap menunjukkan kinerja yang positif sebagai pertanda bahwa berbagai kebijakan cepat yang dilakukan sebagai respon Bank DKI atas pandemi COVID-19 menunjukkan hasil yang positif dari tingkat kesehatan maupun bisnis perseroan," ucapnya.
Ia menambahkan, untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank DKI mengalami peningkatan sebesar 28,42 persen (YoY) menjadi Rp 42,98 triliun pada kuartal I 2021. Pertumbuhan DPK tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan giro yang secara YoY meningkat 74,87 persen, sehingga rasio dana murah (CASA Ratio) juga mengalami perbaikan dari sebelumnya 43,54 persen menjadi 47,56 persen.
"Berbagai pertumbuhan kinerja itu mendorong pertumbuhan total aset Bank DKI sebesar 20,42 persen, dari semula sebesar Rp 46,23 triliun menjadi sebesar Rp 55,68 triliun per Maret 2021. Seiring dengan pertumbuhan bisnis, laba bersih Bank DKI juga terdongkrak naik, per Maret 2021 tercatat sebesar Rp 191,60 miliar, tumbuh 4,16 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," tandasnya.