Rabu, 14 Januari 2015 Reporter: Folmer Editor: Dunih 5210
(Foto: Folmer)
Kota Jakarta akan menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan New Cities Summit 2015 yang akan dihadiri 50 kota dari berbagai negara di dunia. Rencananya, pertemuan kepala daerah yang keempat kalinya ini dilaksanakan pada bulan Juni mendatang, dan Jakarta menjadi tuan rumah pertama di Asia yang menjadi penyelenggaranya. Sebelumnya konferensi serupa juga pernah digelar di Paris, Sao Paulo dan Dallas.
“Kita memang ingin datang ke Asia. Ini adalah konferensi New Cities pertama di Asia,“ kata Direktur New Cities Foundation, John Rossant usai penandatangan kontrak kerjasama kegiatan New Cities Summit 2015 di Balaikota DKI, Rabu (14/1).
Ia mengatakan, pihaknya memilih kawasan Asia untuk pelaksanaan kegiatan New Cities Summit 2015 karena banyak perkembangan yang positif terjadi. Salah satunya karena memiliki pertumbuhan paling cepat dibandingkan negara Asia lainnya.
"Kami merasa bahwa inilah waktu yang tepat untuk Indonesia dan Jakarta yang merupakan salah satu kota paling dinamis di dunia, dan memiliki pertumbuhan paling cepat di Asia sehingga pantas jadi tuan rumah,“ ujarnya.
Pihaknya, lanjut Rossant, juga telah menerima informasi dari Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, bahwa ibu kota memiliki sejumlah permasalahan.
“Kami melihat bahwa permasalahan ini adalah kesempatan. Tadi juga gubernur bilang akan memakai teknologi baru untuk lompat ke depan. Saya juga percaya itu dan senang berada di sini,“ tuturnya.
Menurutnya, selain dihadiri kepala daerah, pengusaha, dan seniman dari 50 negara juga akan hadir dan membahas masalah perkotaan serta mencari solusi, baik dalam bidang transportasi, perumahan, pemerintahan dan sampah.
"Semua yang hadir nanti saling belajar. Kita harus berbagi info. Di sinilah peran konferensi New Cities," ungkapnya.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menyambut baik penyelengaraan pertemuan kepala daerah sedunia ini. Selain sebagai ajang promosi pariwisata Jakarta, Ahok begitu ia disapa, mengatakan pertemuan ini juga bisa menjadi ajang dirinya belajar dari kepala daerah negara lain.
"Kita tidak usah studi banding ke negara lain karena nanti yang datang arsiteknya, walikotanya, dan gubernur. Mereka akan membagikan pengalaman dia menyelesaikan masalah perkotaan," tegasnya.
Ia menambahkan, pada dasarnya permasalahan yang dihadapi oleh seluruh kota di dunia itu sama. Oleh karena itu, melalui pertemuan ini, Jakarta seharusnya bisa membuat sebuah lompatan dalam hal pembenahan kota belajar dari kesalahan yang ada.
“Kita langsung membuat sebuah loncatan kodok langsung teknologi terbaru. Sistem dan kesalahan yang lama tidak usah diikuti lagi. Kita lebih hemat dan membangun kota lebih cepat daripada mereka karena masih uji coba, lalu salah, trial and error. harapannya begitu,“ tambahnya.