Senin, 01 April 2019 Reporter: Folmer Editor: Budhy Tristanto 3631
(Foto: Mochamad Tresna Suheryanto)
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, membuka acara Peresmian Pameran Tetap “Kamar Diponegoro” dan Pameran Temporer “Jakarta Kota Kosmopolitan”.
Kedua pameran tersebut resmi dibuka dalam rangka memperingati 400 tahun Pertemuan Budaya Timur dan Barat, serta Peringatan Ulang Tahun Museum Sejarah Jakarta ke-45, di Museum Sejarah Jakarta, Jl Taman Fatahillah No 1, Jakarta Barat, Senin (1/4) sore.
Selain peresmian, diserahkan pula empat sertifikat museum di Ibukota dari Kanwil BPN DKI Jakarta kepada Pemprov DKI.
Pada kesempatan itu, Anies mengapresiasi hadirnya Pameran Tetap “Kamar Diponegoro” sebagai ruang terbuka publik yang dapat menjadi daya tarik wisata, begitu atraktif dan edukatif, melalui pengelolaan yang kreatif dan inovatif. Sehingga, dapat menanamkan nilai-nilai sejarah dan membangun karakter generasi penerus bangsa yang berbudaya.
Dikatakan Anies, pameran ini menjadi salah satu dari empat lokasi dan mungkin yang secara serius di rancang sebagai tempat yang terbuka untuk publik. Di mana masyarakat bisa mempelajari dengan relatif detail dan sebagai tempat untuk kita mendapatkan inspirasi dan belajar.
"Saya ingin mengajak masyarakat di Indonesia, khususnya di Jakarta, untuk mendatangi tempat ini. Mari jadikan tempat ini sebagai inspirasi
. Untuk lebih banyak mengetahui tentang perjuangan Pangeran Diponegoro yang kita tahu merupakan salah satu hulu terpenting yang muaranya adalah kemerdekaan Indonesia," ujar Anies.Perlu diketahui, ini merupakan pertama kalinya “Kamar Diponegoro” dibuka kepada masyarakat di Museum Sejarah Jakarta. Pameran ini sesuai dengan aspek historis dan data sejarah yang mendukungnya. Di Kamar Diponegoro ini, pengunjung Museum Sejarah Jakarta dapat melihat kamar yang sebenarnya digunakan Sang Pejuang Kemerdekaan, Pangeran Diponegoro, yang dilengkapi dengan sejumlah benda bersejarah lainnya, di antaranya salinan Artefak berkualitas tinggi yang digunakan oleh Diponegoro, salinan gambar sketsa pensil Diponegoro yang digambar oleh Adrianus Johannes Bik (seorang Hakim Batavia), salinan surat pribadi Pangeran Diponegoro, tempat sirih, artefak dari era kebangkitan nasional dan lainnya.
Seperti tertulis dalam catatan sejarah Tanah Air, pada 8 April 1830, salah seorang pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro tiba di Batavia dan menjadi tahanan politik oleh pemerintah Hindia-Belanda. Ia menempati ruang kecil berukuran 120 meter persegi. Ia terpenjara selama 26 hari, menghabiskan waktu dengan menulis surat kepada ibu dan putri sulungnya, sembari berikhtiar melawan penyakit malaria yang dideritanya. Kamar yang memuat peristiwa historis itu dibuka untuk publik dalam bentuk pameran edukatif di Museum Sejarah Jakarta, sejak 2 April 2019.
Untuk itu, Anies mengajak kepada seluruh pihak untuk mengunjungi Kamar Diponegoro di Museum Sejarah Jakarta dan menjadikan sebagai tempat inspirasi.
Dalam kesempatan itu, Anies juga menyampaikan apresiasinya kepada para pemerhati museum-museum di Jakarta.
"Saya secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Peter Carey selaku kurator dan penggiat museum yang sudah membantu proses terbangunnya Kamar Diponegoro ini," katanya.
Sementara Peter Carey, selaku kurator Kamar Diponegoro optimistis sekitar 95 persen ruang pameran ini sama persis dengan jejak Pangeran Diponegoro saat diasingkan selama 26 hari di penjara yang saat ini menjadi Museum Sejarah Jakarta.
"Semoga tempat ini bisa dijadikan untuk melihat, merenung dan inspirasi," tandasnya.