Minggu, 23 November 2014 Reporter: Hendi Kusuma Editor: Lopi Kasim 10673
(Foto: Hendi Kusuma)
Salah satu kuliner khas ibu kota adalah dodol Betawi. Ya, makanan khas warga Betawi tersebut merupakan penganan yang saat ini telah melanglang buana ke berbagai negara. Tidak hanya rasanya yang khas, di dalam pengolahannya pun mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Bahkan, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo saat masih menjabat Gubernur DKI Jakarta pernah memberikan perhatian khusus.
Salah satu usaha pembuatan dan pengolahan Dodol Betawi di ibu kota yakni Mamas Masditoh (65). Menurut Mamas, dodol Betawi bukan hanya sekadar penganan saja. Di dalamnya terdapat nilai-nilai filosofis yang merupakan pesan moral 'kagak punya baju nggak ape-ape, asal bikin dodol'. Pesan tersebut diturunkan setiap generasi.
Dodol yang dibuatnya, kata Mamas, tidak hanya diminati warga Jakarta, tetapi juga turis mancanegara seperti Arab Saudi. Bahkan, dodol buatannya pernah mendapat sertifikat dari Joko Widodo, saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Dodol saya sudah sampai Arab Saudi. Pernah dapat sertifikat dari Pak Jokowi tahun 2013," ujar warga Condet Batu Ampar RT 13/04 Kramatjati, Jakarta Timur itu kepada beritajakarta.com, Minggu (23/11).
Usaha pembuatan dan pengolahan dodol telah dimulai Mamas sejak tahun 1975 yang dipelajarinya dari ibu mertuanya yang juga pembuat dodol. Berbekal modal seadanya dan dukungan dari suami, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri.
"Tahun 1985 saya dibantu pemerintah daerah Rp 500 ribu dan bisa berkembang sekarang," ujar wanita dengan 4 anak dan 12 cucu itu.
Pada waktu-waktu tertentu, Mamas mampu memproduksi 100 kuali dodol per hari dengan tiga varian rasa, yaitu dodol duren yang dipasarkan dengan harga Rp 70 ribu per kantong, dodol ketan item Rp 70 ribu per kantong, dan dodol original dengan harga Rp 60 ribu per kantong. "Ramai kalau pas Puasa sama jelang Idul Adha, kalau hari biasa seperti ini saya cuma bikin dua kuali," kata Mamas
Saat ini, usaha dodol yang dikemas dengan merek Dodol Bu Mamas mendapat saingan dari dodol buatan Tiongkok. Menurutnya, dodol Tiongkok lebih diminati lantaran harganya murah dan memiliki kemasan yang lebih baik. Namun, jika bicara kualitas rasa dodol Betawi lebih manis dan gurih karena menggunakan bahan alami.
"Paling saingan kita dodol dari Tiongkok. Tapi kalau soal rasa masih menang dodol kita. Dodol Tiongkok cuma menang manis doang," tuturnya.
Mamas berharap, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, turut melestarikan dodol Betawi. Bahkan, ia mengajak Ahok, sapaan akrab Basuki, untuk mengaduk dodol bersama. "Orang Betawi bikin dodol sudah dari dulu. Makanya, kita mau ajak Pak Gubernur buat ngaduk dodol bareng," tandasnya.