Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat meminta guru di sekolah unggulan tukar mutasi dengan guru di sekolah yang minim prestasi. Guru dari sekolah unggulan diharap mampu meningkatkan kualitas pendidikan sekolah tempatnya dimutasi. Sehingga, kualitas pendidikan seluruh sekolah di Jakarta akan merata.
Menurut Djarot, sekolah unggulan dan bukan unggulan terjadi akibat keberanian sekolah unggulan menerapkan rekrutmen pelajar yang ketat dengan penentuan nilai standar tinggi. Ia mencontohkan SMA Negeri 8 dan 68 Jakarta. Di sana, pelajar yang diterima duduk di kelas X memiliki nilai rata-rata di atas 9.
"Sekolah itu menerapkan sistem rekrutmen siswa yang sangat tinggi nilainya. Yang masuk situ (sekolah ungulan) pinter-pinter," kata Djarot di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (4/5).
Agar tak terjadi kecemburuan, Djarot mengaku telah melakukan "tukar silang" antara guru-guru dari sekolah unggulan ke sekolah-sekolah yang bukan unggulan. Dengan harapan, guru yang berasal dari sekolah unggulan tadi mampu membawa berbagai perubahan di sekolah yang bukan unggulan itu.
"Misalkan SMA 8, guru-gurunya bisa dipindah ke tempat yang lain. Melakukan inovasi seperti yang di SMA 8, sehingga ada pemerataan," tandasnya.