Jumat, 08 April 2016 Reporter: Suriaman Panjaitan Editor: Budhi Firmansyah Surapati 7691
(Foto: Suriaman Panjaitan)
"Jakarta ini problem utamanya kesenjangan, ketimpangan. Bukan income per kapita, bukan tingkat kemiskinan. Tapi ketimpangan," katanya di Masjid Al Falah, Jl Panjang, Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (7/4).
Menurut Djarot, untuk mengatasi ketimpangan, iklim investasi bagi perusahaan yang ingin menanamkan modalnya di Ibukota harus diberikan fasilitas tambahan, seperti mempermudah seluruh bentuk perizinan.
Kata Djarot, saat ini Indonesia jauh lebih rendah rangsangan iklim investasinya dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Ini terjadi karena rumitnya pengurusan izin di Indonesia seperti halnya juga terjadi di DKI Jakarta.
"Regulasinya ini jangan terlampau rumit, jangan terlampau banyak karena tingkat kelayakan investasi di Indonesia itu masih diurutan 108. Yang nomor satu itu Singapura
, Malaysia itu nomer 9. Kita rendah karena terlalu banyak izin-izin," kata Djarot.Ia berharap, setelah terbentuknya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) pada awal tahun lalu, perusahaan yang ingin menanamkan modalnya akan bertambah. Pasalnya, lewat PTSP, pengurusan izin tidak rumit.