Rabu, 11 Juni 2014 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Dunih 10092
(Foto: Yopie Oscar)
Di tengah kepungan makanan cepat saji, dodol Betawi berusaha tetap bertahan. Adalah Rizal (34), yang coba melestarikan kuliner khas Betawi tersebut, meski dengan varian rasa yang tidak seoriginal dulu. Di tangan Rizal, usaha pembuatan dodol Betawi warisan dari kakeknya tersebut kini memiliki varian rasa yang beragam. Rizal yang membuka stan di Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) Monas, Jakarta Pusat, bahkan bukan hanya memajang makanan berwarna coklat tersebut. Tapi, juga mempersilakan pengunjung mencicipi dodol buatannya.
Uniknya, jika selama ini dodol dibuat dengan bahan bakar kayu, ia justru membuatnya dengan bahan bakar gas. Dengan gas tersebut, pengadukan dodol yang biasanya memakan waktu hingga 8 jam, kini hanya sekitar 4-5 jam. Namun, Rizal memastikan rasa dodol yang dibuatnya tidak berbeda dengan dodol yang menggunakan kayu bakar. Diakui Rizal, penggunaan bahan bakar gas ini telah dilakukan sejak 6 bulan lalu. Alasannya selain mengurangi polusi udara, dengan bahan bakar gas bisa lebih santai dalam proses pembuatanya, karena besarnya api bisa diatur. "Mungkin kalau tetap menggunakan kayu, kita tidak boleh demo di sini karena asapnya ke mana-mana," ujarnya, Rabu (11/6).
Rizal mengklaim, dirinyalah yang pertama kali mengenalkan bahan bakar gas untuk pembuatan dodol Betawi. Dengan menggunakan gas, dirinya juga lebih mudah menunjukkan pembuatan dodol di berbagai acara. Selain di PRJ Monas, dirinya beberapa kali juga menampilkan pembuatan dodol di pasar malam dengan hanya membayar sebesar Rp 25 ribu. Menurutnya, demonstrasi pembuatan dodol ini akan dilakukan selama pelaksanaan PRJ Monas, yakni hingga 15 Juni mendatang. Untuk membuatnya, Rizal disediakan sebuah tenda berukuran 2x2 meter lengkap dengan wajan kuningan berdiameter sekitar 80 sentimeter dan kayu panjang untuk mengaduk dodol.
Beberapa pengunjung pun antusias mencoba mengaduk dodol yang adonannya sudah mulai tercampur. Sehari-hari Rizal membuat dodolnya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Rizal merupakan keturunan ketiga dari keluarganya yang juga pembuat dodol. Dodol buatan Rizal dibuat dengan beberapa varian rasa seperti rasa durian, wijen, dan strawberi, dengan harga jual Rp 50 ribu per kilogram. Dirinya juga menyediakan dodol dengan kemasan kecil yang dijual dengan harga Rp 10 ribu.
Dodol Betawi berwarna hitam kecoklatan yang terbuat dari bahan dasar ketan hitam tersebut proses pembuatannya sangat rumit. Bahan baku tambahan lainnya terdiri dari
gula merah, gula pasir dan santan. Bahan-bahan tersebut harus dimasak di atas tungku. Agar adonan merata dan tidak gosong, bahan-bahan tersebut harus terus diaduk secara merata. Api yang terlalu besar akan membuat dodol gosong dan masak tidak rata. Dodol yang sudah masak kemudian dituang di nampan atau tampah untuk didinginkan.Dodol Betawi umumnya dibuat sebagai penganan khusus untuk pesta pernikahan, bulan Ramadhan, Idul Fitri atau Idul Adha. Karena proses pembuatannya yang rumit, hanya sedikit orang-orang yang ahli membuat dodol Betawi. Di Jakarta, daerah yang masih memproduksi dodol Betawi, terutama di komunitas-komunitas warga Betawi, seperti di Condet, Jakarta Timur dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Proses pembuatannya yang cukup rumit dengan alat yang masih tradisional, membuat dodol Betawi makin lama makin terpinggirkan.