Senin, 21 September 2015 Reporter: Septradi Setiawan Editor: Widodo Bogiarto 3742
(Foto: Ilustrasi)
Selama musim kemarau, volume sampah di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, setiap harinya mencapai 250 ton. Sampah tersebut umumnya berasal dari sampah rumah tangga dan sampah pasar.
Camat Tambora, Mursidin mengeluhkan belum maksimal pengangkutan sampah di wilayahnya, lantaran minimnya armada pengangkut sampah. Tercatat hanya ada 24 truk sampah, delapan unit diantaranya milik Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat.
"Sedangkan 16 unit truk lainnya kita menyewa. Minimnya armada pengangkut sampah yang selama ini menjadi hambatan kami membersihkan sampah di Tambora," kata Mursidin, Senin (21/9).
Mursidin menuturkan, dari 250 ton sampah, paling banyak berasal dari lokasi tumpukan sampah di Kali Anyar, Jembatan Lima, Pejagalan, Jalan Hanura dan Tanah Sereal.
"Karena beberapa di antara wilayah itu adalah pasar, tapi perlahan kita mulai bisa membersihkan. Contohnya yang di Pasar Mitra, di sana sudah beres, semua sampah itu dibuang langsung ke Bantar Gebang," ujar Mursidin.
Terkait solusi agar sampah di Tambora tidak menumpuk, Mursidin mengatakan, program sosialisasi pemberdayaan sampah di lingkungan Tambora sudah digalakkan.
"Kita sosialisasikan bahwa sampah-sampah itu bisa diolah, misalnya jadi pupuk kompos," ujar Mursidin.
Sebelumnya Dinas Kebersihan (Dinsih) DKI Jakarta mencatat, volume sampah di ibu kota meningkat menjadi 6.700 ton per hari, dari awalnya hanya dibawah 6.000 ton per hari.
Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI, Ali Maulana Hakim mengatakan, sejak dikerahkannya petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) serta Pekerja Harian Lepas (PHL) kebersihan, ditambah adanya pelimpahan wewenang pembersihan kali dan saluran dari Dinas Pekerjaan Umum ke Dinas Kebersihan, volume sampah terus mengalami peningkatan.
"Saat ini rata-rata volume sampah yang dihasilkan per hari sekitar 6.700 ton. Hampir seluruhnya kami buang ke TPST Bantar Gebang," kata Ali.