Kamis, 27 Agustus 2015 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Lopi Kasim 3204
(Foto: Reza Hapiz)
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, meminta guru sejarah mampu memotivasi siswa agar memiliki kesadaran berbangsa, bernegara, dan berjiwa nasionalisme yang kuat dan tidak hanya berperan sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan.
Dikatakan Djarot, selama ini semangat nasionalisme dan kehidupan berbangsa bernegara di Indonesia mulai luntur tergerus hegemoni globalisasi yang masif mengkampanyekan budaya barat. Lantaran itu, peran sejarah sangat penting untuk menginternalisasi semangat para pendiri bangsa dalam menghadapinya.
"Guru tidak hanya menyampaikan materi sejarah sebagai dokumen. Guru harus mampu mempresentasikan materi sebagai rangkaian yang menarik bagi siswa," ujar Djarot saat menjadi keynote speaker, dalam Seminar Pengejawantahan Nawa Cita Melalui Pembelajaran Sejarah, di Kampus UNJ, Kamis (27/8).
Menurut Djarot, untuk dapat menginternalisasikan nilai-nilai luhur kepada siswa, kepribadian pun menjadi syarat mutlak. Sebab, tidak hanya penyampai materi pelajaran, pribadi seorang guru haruslah bisa menjadi teladan bagi siswa.
"Kalau dalam bahasa Jawa, guru itu digugu dan ditiru. Harus bisa menjadi teladan untuk dicontoh," katanya.
Ditambahkan Djarot, peran keteladanan juga harus diwujudkan di tengah keluarga dan masyarakat. Sebab, runtuhnya kewibawaan negara, bangsa dan pemerintah tidak terlepas dari krisis keteladanan akibat kemerosotan mentalitas.
"Saat ini nilai aku lebih mementingkan pribadi, golongan dan kelompoknya. Kalau kita melihat sejarah, kondisi ini tidak jauh seperti diungkapkan Bung Karno dalam pidato perayaan HUT kemerdekaan pada tahun 1957 lalu hingga dicetuskan revolusi mental," tandasnya.