Selasa, 17 Desember 2024 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 546
(Foto: Reza Pratama Putra)
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, menyoroti sejumlah faktor penyebab banjir rob yang melanda kawasan pesisir Jakarta belakangan ini. Di antaranya, penurunan muka tanah, fenomena pasang akibat gravitasi bulan purnama dan cuaca ekstrem.
Teguh mengatakan, salah satu solusi utama untuk mengatasi rob adalah pembangunan tanggul pantai yang menjadi bagian dari program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Ia menyampaikan, dari total kebutuhan tanggul sepanjang 39 kilometer, saat ini baru terbangun 14,7 kilometer oleh Kementerian PUPR dan 8,2 kilometer oleh Pemprov DKI Jakarta. Artinya, masih terdapat 16,1 kilometer tanggul yang belum selesai, tersebar di berbagai titik kritis.
“Area yang belum terbangun inilah yang kerap terdampak rob, seperti di Muara Angke, Pantai Mutiara, Sunda Kelapa, Ancol Barat, dan kawasan Kali Blencong,” ujar Teguh saat memberikan pernyataan pada Konferensi Pers terkait Banjir Rob Jakarta di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (17/12).
Ia menjelaskan, lokasi-lokasi tersebut sering menjadi sorotan publik karena genangan rob yang mencapai puncaknya antara pukul 08.00 hingga 12.00, sebelum mulai surut di sore hari. Teguh mengatakan, fenomena rob diperkirakan masih akan berlangsung hingga 20 Desember 2024, namun intensitasnya cenderung menurun.
“Rob itu kan muncul pada saat pasang, antara sekitar jam 8-9, terus sampai sekitar jam 12-an sampai 1 siang mulai surut. Tapi videonya dibikin pada waktu itu (waktu pasangnya). Memang yang dekat laut masih menyisakan genangan. Sore relatif sudah surut, apalagi kalau pada saat subuh sudah kering. Akan mulai datang lagi sekitar jam 8-9 pagi,” urainya.
Teguh mengatakan, pembangunan tanggul yang belum selesai akan dipercepat. Tahun 2024 ini, Pemprov DKI Jakarta sedang membangun sekitar 4 kilometer tanggul, termasuk di Muara Angke dan ditargetkan selesai pada pertengahan 2025.
“Sementara itu, langkah penanganan sementara berupa penambalan tanggul bocor dengan karung pasir terus dilakukan di titik-titik rawan,” ucapnya.
Ia menjelaskan, selain pembangunan infrastruktur, Pemprov DKI Jakarta juga mengantisipasi rob dengan berbagai upaya lain. Teguh mengatakan, saat fenomena purnama terjadi, koordinasi intensif dilakukan antarinstansi.
“BPBD, Dinas SDA, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan jajaran terkait lainnya siap membantu masyarakat, termasuk dalam evakuasi, bantuan logistik, kesehatan, hingga administrasi kependudukan,” ungkap Teguh.
Di sisi lain, sambungnya, Pemprov DKI Jakarta juga menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi intensitas hujan lebat, terutama saat cuaca ekstrem diprediksi BMKG.
“Pada 12-16 Desember lalu, TMC kami lakukan untuk meminimalisasi hujan deras yang dapat memperparah rob. Namun, rob itu sendiri terjadi akibat pasang surut, bukan karena TMC atau curah hujan tinggi,” kata Teguh.
Pemprov DKI Jakarta berharap, percepatan pembangunan tanggul pantai bersama Kementerian PUPR dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi banjir rob di pesisir Jakarta.
“Upaya maksimal sedang kami lakukan. Kami tidak tinggal diam dan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk menyelesaikan tanggul yang belum terbangun,” tandasnya.