Jumat, 27 Oktober 2023 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 6526
(Foto: Istimewa)
Di tengah penyebaran infeksi virus Monkeypox atau Cacar Monyet, Dinas Kesehatan DKI Jakarta gencar melakukan upaya deteksi, preventif, dan respons cepat untuk mencegah wabah semakin meluas. Dengan bersinergi bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sejumlah upaya dilakukan, mulai dari deteksi dini dengan melihat gejala awal agar bisa segera diobati dan mencegah kematian.
“Tingkat kematian/Case Fatality Rate sekitar 1 persen. Artinya dari 100 kasus positif kemungkinan ada satu yang meninggal. Mayoritas karena infeksi sekunder dan kondisi imunitas rendah pada kelompok berisiko, seperti Lelaki Seks Lelaki (LSL), ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan lansia,” terang Plt. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati, Jumat (27/10)
Kasus aktif Monkeypox tidak hanya ditemukan pada kontak erat, namun juga pasien suspek bergejala yang datang ke fasilitas kesehatan. Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan, jika dinilai menunjukkan tanda dan gejala khas penyakit Cacar Monyet, maka dilakukan tes PCR.
Untuk membantu pemeriksaan PCR yang dilakukan di Laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga telah menyiapkan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta. Pasien yang terkonfirmasi positif usai dilakukan tes PCR akan segera dilakukan pemeriksaan lanjutan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mendapatkan informasi genetik mengenai asal penyakit dan penyebarannya di masyarakat.
Sementara itu, sebagai upaya preventif, vaksinasi mulai dilakukan untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta selama seminggu ke depan. Vaksin diberikan sebanyak dua dosis untuk satu orang dengan jeda empat minggu, sesuai dengan ketersediaan vaksin Monkeypox di Indonesia sebanyak 1.000 dosis untuk 500 orang. Selain itu, dilakukan tracing/pelacakan dengan tim khusus bersama mitra terkait.
Sosialisasi dan edukasi secara masif juga dilakukan melalui tiga cara, (1) Menggalakkan pola hidup bersih dan sehat, seperti memakai masker dan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, (2) Menghindari kontak kulit dan luka, (3) Berhubungan seksual yang aman, sehat, dan bersih, serta hindari hubungan seksual jika sedang sakit atau bergejala.
”Setiap kasus positif langsung diisolasi di rumah sakit, bahkan untuk suspek/terduga dengan gejala khas/kontak erat seksual yang sedang menunggu hasil PCR juga diisolasi di rumah sakit. Sementara untuk kontak erat non-seksual, akan dipantau gejalanya setiap hari oleh Puskesmas Kecamatan. Jika bergejala, akan dilakukan pemeriksaan lab. Dan setiap kontak erat seksual akan langsung diisolasi dan dilakukan pemeriksaan lab,” tambah Ani, dalam Siaran Pers Pemprov DKI Jakarta
.Terakhir, respons cepat yang telah dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta adalah menyiagakan ruang isolasi rumah sakit, menyiapkan obat-obat antivirus, dan berkoordinasi aktif dengan para pakar di rumah sakit vertikal terkait tatalaksana kasus.
Update kasus Monkeypox DKI Jakarta hingga 27 Okt 2023 pukul 07.00 sebagai berikut:
A. Kasus positif total 17 orang
1 kasus - Agustus 2022 (sembuh)
B. Kasus positif aktif: 16 orang, positivity rate PCR 44 persen. Semua bergejala ringan dan tertular dari kontak seksual. Semua pasien adalah laki-laki usia 25-50 tahun, dua kasus di antaranya berdomisili luar DKI Jakarta.
1 kasus - 13 Oktober 2023 (isolasi RS)
1 kasus - 19 Oktober 2023 (isolasi RS)
5 kasus - 21 Oktober 2023 (isolasi RS)
2 kasus - 23 Oktober 2023 (isolasi RS)
3 kasus - 24 Oktober 2023 (isolasi RS)
2 kasus - 25 Oktober 2023 (isolasi RS)
2 kasus - 26 Oktober 2023 (isolasi RS)
C. Suspek/terduga bergejala: 11 orang
- 24 Oktober - 2023: 1 orang
- 25 Oktober - 2023: 2 orang
- 26 Oktober - 2023: 5 orang
- 27 Oktober - 2023: 3 orang
D. Discarded (PCR negatif): 20 orang
E. Probable (menunggu hasil PCR): 2 orang
F. Total Penerima Vaksinasi: 251 orang (dari target 495 orang).