Minggu, 20 Agustus 2023 Reporter: Wuri Setyaningsih Editor: Andry 3751
(Foto: Wuri Setyaningsih)
Warga Jalan Dukuh Pinggir V, RT 04/06, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat membuat inovasi dalam mengurangi dan mengelola sampah di wilayahnya.
Inovasi tersebut diwujudkan dengan membentuk Bimbingan Belajar Berbayar Sampah Terpilah dan Terpilih (B3STT) di Bank Sampah Melati Berkarya.
Di B3STT, setiap anak yang ingin mendapat pembelajaran tambahan atau les tidak perlu membayar dengan uang. Melainkan cukup membayar menggunakan sampah yang telah dipilah dan ditimbang setiap pekan.
Sampah yang dikumpulkan akan diberikan poin. Poin tersebut disesuaikan dengan jumlah nominal harga sampah yang terkumpul.
Ketua RW 06, Kebon Melati, Yudha Praja mengatakan, gagasan ini berawal dari banyaknya warga yang mengeluh tidak bisa membantu anaknya dalam menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolah.
Di sisi lain, kondisi perekonomian warganya tidak memungkinkan untuk mendaftarkan anaknya mengikuti bimbingan belajar (bimbel) atau les tambahan.
“Dari latar belakang itulah, saya berinisiatif memanfaatkan bank sampah sekaligus mengajarkan anak-anak mengolah sampah menjadi alat pembayaran les mereka,” ujar Yudha, Minggu (20/8).
Ia mengungkapkan, hingga saat ini, anak-anak di lingkungan sekitar yang telah bergabung ke B3STT mencapai 35 pelajar sekolah mulai dari kelas 1 sampai kelas 11.
Abi (35), Guru B3STT mengaku senang dapat mengajar les tambahan kepada anak-anak di RW 06. Di tempat ini ada tiga mata pelajaran yang diajarkan, terdiri dari matematika, bahasa inggris dan IPA.
"Les berlangsung setiap Senin hingga Jumat dari pukul 13.00 sampai 20.30,” tuturnya.
Menurut Abi, memilah sampah merupakan hal penting yang perlu dilakukan generasi muda dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
"Selama mengajar, saya selalu selipkan pesan kepada anak-anak untuk mencintai lingkungan dengan memilah sampah,” terangnya.
Jihad Azzahraan Melcah (16), salah satu murid B3STT merasa jauh lebih mudah mencerna mata pelajaran dan selalu meraih nilai ujian yang bagus setelah mengikuti les di tempat ini.
"Selain itu, saya jadi memahami cara menjaga lingkungan dengan memilah sampah secara baik dan benar,” akunya.
Menurut Jihad, membayar les dengan sampah tidak membebani perekonomian orang tuanya. Sebab mudah baginya untuk mengumpulkan sampah di lingkungan maupun rumahnya.
"Setiap minggu saya setor sampah
untuk membayar les. Biasanya saya setor sampah plastik, botol air mineral, ember rusak dan lainnya,” ungkapnya.Lurah Kebon Melati, Ikhsan Kamil mengapresiasi inisiatif warganya dalam memajukan pendidikan dan menjaga kelestarian lingkungan.
Ia berencana akan membuat les serupa di semua RW yang ada di Kelurahan Kebon Melati dan menjadikan RW 06 sebagai percontohan.
“Kita tidak akan berhenti sampai di sini saja. Kita akan kembangkan ini karena sudah jelas terbukti manfaatnya," tandasnya.