Senin, 01 Mei 2023 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Erikyanri Maulana 1824
(Foto: doc)
Frekuensi kejadian kebakaran selama Ramadan 1444 H (23 Maret-22 April 2023) di DKI Jakarta turun 9,69 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Kejadian kebakaran selama Ramadan 1444 H sebanyak 149 kasus lebih sedikit dibanding kejadian di Ramadan 1443 H atau tahun 2022 lalu sebanyak 165 kasus.
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) DKI Jakarta, Satriadi Gunawan mengatakan, sebanyak 149 kasus kebakaran itu tersebar di lima kota dan satu kabupaten dengan rincian sebanyak 28 kejadian di Jakarta Pusat, 28 kejadian di Jakarta Barat, 38 kejadian di Jakarta Selatan, dan 34 kejadian di Jakarta Timur. Sedangkan kejadian di wilayah Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu sebanyak 21 kasus.
"Objek kebakaran paling banyak terjadi di bangunan perumahan. Jumlahnya sebanyak 61 kejadian," ujar Satriadi, Senin (1/5).
Dikatakan Satriadi, dari data kejadian yang dihimpun, diketahui korsleting listrik (LS) masih menjadi dugaan pemicu kebakaran tertinggi yakni sebanyak 95 kasus. Dari keseluruhan kejadian 149 kasus kebakaran, pihaknya memperkirakan jumlah kerugian material yang diakibatkan mencapai lebih dari Rp 37 miliar.
Menurut Satriadi, kebakaran yang terjadi selama Ramadan di antaranya disebabkan perubahan aktivitas, khususnya memasak dan penggunaan listrik. Dicontohkannya, faktor penyebab adalah kelalaian meninggalkan kompor saat memasak, kurang memperhatikan instalasi tabung gas, penggunaan listrik yang melebihi batas, serta alat kelistrikan yang tidak sesuai standar.
"Dinas Gulkarmat DKI Jakarta terus mengingatkan selalu waspada terhadap kebakaran. Tujuannya agar kita semua terhindar dari marabahaya dan bencana, khususnya kebakaran,” katanya.
Sebagai upaya antisipasi, Satriadi mengaku selama bulan Ramadan hingga sebelum mudik, pihaknya massif melakukan sosialisasi pencegahan dan edukasi penanggulangan kebakaran kepada masyarakat, khususnya di wilayah padat penduduk. Mengingat objek kebakaran tertinggi terjadi pada Bangunan Perumahan (BP).
Alhasil, dampaknya berbanding lurus dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kebakaran. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Gulkarmat Provinsi DKI Jakarta selama Ramadan 1444 H (23 Maret – 22 April 2023), terdapat peningkatan kebakaran yang mampu ditanggulangi masyarakat sebanyak 1,48 persen dari tahun sebelumnya.
Karena itu, Satriadi mengaku akan terus berupaya meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat mengantisipasi serta menanggulangi kejadian kebakaran melalui edukasi. Kalaupun ada kejadian, masyarakat yang terlatih mampu melakukan penangan saat api masih kecil sehingga dampak kerugian akibat kebakaran bisa diminimalisir.
"Dalam lima menit tidak bisa dikendalikan, api akan membesar dan terjadi kebakaran besar. Kami juga mengimbau bila ada kejadian agar menghubungi petugas atau segera hubungi Jakarta Siaga 112 (bebas pulsa)," tandasnya.