Kamis, 06 Oktober 2022 Reporter: TP Moan Simanjuntak Editor: Andry 1708
(Foto: Istimewa)
Pemprov DKI Jakarta melakukan berbagai inovasi dan terobosan untuk mengendalikan banjir. Mulai dari pembangunan infrastruktur hingga terobosan dalam bentuk penguatan kolaborasi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Selain itu, berbagai pendekatan juga dilakukan, salah satunya adalah menggunakan pendekatan berbasis alam.
Salah satu implikasi dari pendekatan berbasis alam tersebut adalah Pemprov DKI Jakarta membangun tiga Ruang Limpah Sungai (RLS). Dalam kesempatan pembukaan tiga Ruang Limpah Sungai (RLS), yakni RLS Lebak Bulus, RLS Brigif, dan RLS Pondok Ranggon, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjelaskan terkait pembangunan yang kerap memberikan dampak kerusakan lingkungan, sehingga penting agar kita menggunakan pendekatan yang lebih ramah lingkungan.
“Kita semua merasakan betul betapa proses pembangunan selama beberapa abad ini banyak mengadopsi pendekatan yang ternyata mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kita rasakan dampaknya sekarang,” ucap Gubernur Anies dalam pembukaan secara simbolis RLS Brigif, Jakarta Selatan, seperti dikutip dari Siaran Pers PPID Pemprov DKI Jakarta, Kamis (6/10).
“Ini membuat kita semua harus sadar mengubah pendekatan kita dalam menyelesaikan masalah yang ada, dan kita perhatikan persoalan limpahan air di sungai sebabnya karena cara kita melakukan pembangunan beberapa dekade belakangan ini,” tambahnya.
Maka dari itu dalam hal pengendalian banjir, Gubernur Anies menjelaskan salah satu pendekatan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta yakni menggunakan nature base solution. RLS merupakan salah satu project pertama di Indonesia berbasis alam yang menangani limpahan air sungai agar dapat mengurangi beban aliran sungai di kawasan hilir atau saat dialirkan ke laut.
“Dan kita bersyukur dan bangga, Alhamdulillah sebuah ikhtiar panjang itu tuntas. Nature base solution atau solusi berbasis alam, namanya menjadi Ruang Limpah Sungai. Limpah ini punya makna berlebih tapi yang positif, dan Alhamdulillah air yang berlimpah disiapkan tempat untuk menampungnya. Jadi, kita punya pendekatan baru, di mana kita sediakan ruang parkir air sementara saat air sungai berlimpah, guna mengurangi beban di kawasan hilir sungai,” paparnya.
Lebih lanjut, Gubernur Anies menerangkan bahwa kehadiran RLS selain berfungsi dalam pengendalian banjir juga memiliki fungsi sebagai Ruang Terbuka Biru (RTB) yang harapannya akan mengembalikan ekosistem sempadan sungai seperti sedia kala sekaligus menjadi ruang ketiga yakni tempat interaksi dan berkegiatan antarwarga.
“Nature base solution ini juga memanfaatkan infrastuktur biru dan hijau, di mana warga nantinya bisa berkegiatan di tempat ini, dan Ruang Limpah Sungai ini adalah upaya mengembalikan ekosistem sempadan sungai yaitu menahan air pada saat terjadi limpahan, tapi juga menjadi ekosistem sungai yang hidup. Sehingga, kita berharap akan muncul kembali hewan air, tanaman rindang, dan burung yang berdatangan dan menjadi ekosistem yang sehat,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Yusmada Faizal, menjelaskan kehadiran RLS ini juga sebagai menjadi wujud naturalisasi sungai dan bagian dari 942 project (9 polder, 4 retensi air, dan 2 peningkatan kapasitas sungai). Selain itu, waktu pelaksanaan pembangunan RLS adalah 15 bulan terhitung sejak 3 November 2021 dan direncanakan akan selesai pada bulan Desember 2022. Desain RLS dibuat dengan pendekatan penghijauan tanpa mengurangi kaidah-kaidah pengendalian banjir, baik secara struktur maupun desain kapasitas tampungan hingga desain rencana bangunan air.
“Secara progres dapat dikatakan bahwa perkembangan pembangunan masih berjalan sesuai rencana, untuk memenuhi hal tersebut pekerjaan yang diutamakan adalah pekerjaan galian tanah untuk membentuk area RLS. Hingga saat ini, kapasitas rencana tampungan air sudah terpenuhi 95%,” terangnya.
Adapun rincian pembangunan RLS sebagai berikut:
RLS Pondok Ranggon - Volume Tampungan RLS: ±890.000 m3 - Mereduksi Debit Banjir Kali Sunter - Ruang Limpah Sungai Pondok Ranggon berfungsi sebagai tampungan sementara untuk mengurangi debit puncak Kali Sunter saat terjadi hujan ekstrem dan mengurangi dampak genangan di daerah hilir (sistem aliran Kali Sunter), terutama di wilayah Kelurahan Pondok Bambu, Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Cipinang Melayu, Kelurahan Lubang Buaya, dan Kelurahan Setu.
RLS Lebak Bulus - Volume Tampungan RLS: ±44.000 m3 - Mereduksi Debit Banjir Kali Grogol - Ruang Limpah Sungai Lebak Bulus akan mereduksi luapan sungai di Daerah Aliran Kali Grogol, karena berfungsi untuk menjadi tampungan sementara saat terjadi hujan ekstrem dan mengurangi dampak genangan di daerah hilir Kali Grogol, seperti Palmerah dan Kebayoran.
RLS Brigif - Volume Tampungan RLS: ±256.000 m3 - Mereduksi Debit Banjir Kali Krukut - Ruang Limpah Sungai Brigif akan mereduksi luapan sungai di Daerah Aliran Kali Krukut, karena berfungsi untuk menjadi tampungan sementara saat terjadi hujan ekstrem dan mengurangi dampak genangan di daerah hilir Kali Krukut seperti Petogongan, Kemang, Cilandak, dan Ciganjur.