Sehat Tanpa Obat

Oleh :

Budhi Firmansyah Surapati

Minggu, 15 September 2024 | 1851

Kongkow pada salah satu cafe di bilangan Jakarta Timur pada pertengahan November 2023 lalu menjadi salah satu momen yang merubah pandangan Riyan tentang kehidupan. 

Ketika itu, saat asyik bercengkrama dengan teman-temannya, tiba-tiba Riyan merasakan tubuhnya lunglai bagai tanpa tulang, bagian leher kanan hingga kepalanya terasa sakit dan kaku. Pandangannya pun kabur. Brruukk...pemuda berbadan gempal berusia 32 tahun ini terjatuh dari kursi duduknya tak sadarkan diri.

Kawan-kawannya dibantu karyawan dan beberapa pengunjung cafe mengangkat dan membawa Riyan ke salah satu rumah sakit terdekat, setelah upaya mereka menyadarkannya gagal. 


Beberapa saat menjalani perawatan medis di rumah sakit, Riyan pun akhirnya siuman. Namun, dia tetap merasa sebagian tubuhnya lemas tak bertenaga.

"Saya didiagnosa terkena stroke ringan dan asam lambung. Saat itu, saya harus dirawat selama dua pekan," kenang pria yang bekerja di kantor konsultan publik ini. 

Dia mengaku, serangan stroke ringan yang pernah dialami telah merubah gaya hidup yang sebelumnya lebih banyak menghabiskan waktu bekerja dan kongkow, kini menjadi lebih peduli akan kesehatan.

Penyesalan hadir untuk mengingatkannya bahwa waktu tidak dapat diputar kembali. Sekarang, dia selalu menyempatkan diri untuk berolahraga. Minimal lima hari dalam sepekan, dia melakukan jogging usai jam kerja di kawasan Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.

"Dulu, saya  berpikir bahwa stroke hanya terjadi saat tua, tapi siapa yang mengira saya stroke di usia muda," ucapnya.

Sejak menekuni olahraga, Riyan mengaku tubuhnya menjadi lebih bugar dan asam lambungnya jarang sekali kambuh. "Saya merasa lebih sehat," tukasnya.

Berbeda dengan Riyan, aktivitas olahraga justru sudah menjadi rutinitas bagi Beni Saputra. Lelaki berumur 30 tahun yang bekerja sebagai tenaga kesehatan pada bagian sterilisasi alat di Rumah Sakit Yarsi Cempaka Putih, mengaku lima kali setiap pekan selalu melakukan aktivitas olahraga, mulai dari lari, tenis meja, badminton atau futsal bersama rekan-rekannya.

Menurut Beni, dengan rutin berlohraga dan berlari sejauh lima kilometer dirinya merasa bugar saat menjalani rutinitas harian sebagai pekerja kantoran.

"Berbeda dengan badminton atau futsal. Kalau berlari, saya bisa monitor jarak tempuh dan jumlah kalori yang terbakar," imbuhnya.

Olahraga lari juga dilakoni Faqih Zuhri, pegawai  Dinas Kependudukan dan Pencatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta. Dia mengaku, telah menekuni olahraga lari sejak 2014 silam. Untuk menyalurkan hobi olahraganya ini, dia bergabung dengan komunitas berlari yang ada  di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

"Bagi saya berlari itu adalah olahraga simpel yang cukup dengan mengenakan sepatu dan outfit sesuai, kita bisa melakukannya di mana saja," katanya.

Kirlan, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, lebih memilih bersepeda dan main basket untuk aktivitas olahraganya. Pemuda berusia 22 tahun ini, dalam sepekan meluangkan waktu empat hari untuk berolahraga.

"Saya bersepeda setiap Sabtu dan MInggu. Kalau main basket, biasanya sore atau malam hari sepulang kuliah bersama teman-teman kampus," tuturnya.


Gaya Hidup Sehat

Pascapandemi COVID, aktivitas warga Jakarta menjaga kesehatan dengan berolahraga semakin meningkat. Setidaknya, ini bisa dilihat dari jumlah pengunjung kawasan JIV yang mencapai tiga hingga empat ribu orang setiap harinya. Sedangkan, saat akhir pekan dan hari libur melonjak hingga delapan ribu.

"Warga memanfaatkan beragam fasilitas olahraga yang ada di sini, seperti outdoor gym, lapangan basket, lapangan voli dan jogging track," ungkap General Manager JIV, Arya Wardhana.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Sri Puji Wahyuni mengakui kesadaran untuk hidup sehat dengan berolahraga mulai menjadi tren bagi warga Jakarta.

Tingginya animo masyarakat terhadap kesehatan, ungkap Sri, bisa diketahui saat pihaknya menggelar kegiatan tantangan menerapkan pola hidup sehat dengan 7.500 langkah setiap harinya pada Mei lalu. Kegiatan ini dikemas dalam program Jakarta Berjaga (Bergerak, Bekerja, Berolahraga dan Bahagia).

Pada edisi HUT ke-79 kemerdekaan RI pada Agustus lalu, jelas Sri, pihaknya menambah tantangan kepada peserta untuk minimal berjalan  7.900 langkah selama 17 hari berturut-turut.

"Kegiatan tantangan ini diikuti lebih dari 1.000 orang dan hampir separuh dari peserta mampu menyelesaikan tantangan. Ini membuktikan bahwa warga Jakarta mulai peduli kesehatan," sebutnya.

Tren kesadaran masyarakat berolahraga ini, diharapkan Sri, terus meningkat.  Karena ini, tdak hanya berdampak terhadap kebugaran dan kesehatan, tapi bisa meningkatkan kualitas hidup agar lebih produktif.

"Neralotortas fisik atau berolahraga minimal 30 menit sehari atau 150 menit sepekan, terbukti dapat menurunkan risiko penyakit tidak menular," tegasnya.

"Pilihlah aktivitas fi sik yang sesuai dengan kegemaran seperti jalan santai, jogging, berlari, berenang atau bersepeda. Lalu jangan lupa, cek kesehatan dan kebugaran secara rutin di fasiltas pelayan kesehatan terdekat," sarannya.

Gaya hidup sehat warga Jakarta ini ternyata masuk dalam peringkat 20 besar tertinggi di dunia sesuai hasil studi lembaga riset dari Inggris, YouGov yang dirilis pada 2022 lalu.

Lembaga riset ini menempatkan Jakarta pada peringkat ke-17, di bawah Toronto dan Madrid yang menempati peringkat ke 15 dan 16.  Namun, Kota Jakarta mengungguli beberapa kota di negara maju lainnya seperti Seoul, Los Angeles, Boston, Tokyo, Paris, London dan New York.

Terdapat beberapa indikator yang membuat Jakarta menempati posisi 17 sebagai negara dengan gaya hidup sehat. Salah satunya adalah tingkat obesitas di Jakarta terbilang rendah yakni sebesar 6,9 persen. Jakarta juga memiliki angka harapan hidup yang agak tinggi yakni selama 68,5 tahun.

Dari segi fasilitas kesehatan, Jakarta juga tercatat memiliki 114 aktivitas luar ruang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu, ada sebanyak 833 tempat yang dapat dikunjungi masyarakat untuk melakukan aktivitas luar ruang.

Fasilitas Olahraga

Seiring dengan mulai tingginya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan berolahraga, Pemprov DKI melalui Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Tamhut) DKI Jakarta berupaya memfasilitasinya dengan membangun arena olahraga pada beberapa taman dan RPTRA.

Kepala Pusat Data dan Informasi Dinas Tamhut DKI Jakarta, Ivan Murcahyo menyebutkan, saat ini ada 35 taman dengan luasan lebih dari 10 ribu meter persegi yang memiliki fasilitas jogging track.

Menurutnya, beberapa lokasi favorit yang banyak disambangi warga untuk berkreasi dan berolahraga di antaranya Tebet Ecopark, RTH Kalijodo, Setu Babakan dan Lapangan Banteng.

Pada tahun ini, jelas Ivan, pihaknya akan membangun sembilan taman dengan fasilitas olahraga yang lokasinya tersebar di Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Total luasan lahan dari sembilan lokasi yang dibangun itu mencapai lebih dari 22 ribu meterpersegi.

"Selain taman yang memiliki luasan lebih dari 10 ribu meter persegi, juga ada banyak lokasi taman lain dengan luasan yang lebih kecil bisa dimanfaatkan untuk aktivitas olahraga," tandasnya. 

Yuk, mulai sekarang jangan lupa untuk berolahraga agar sehat tanpa harus minum obat....